Indonesia Darurat Narkoba, Rakyat Harus Bertindak

dedihumas bnn

9 years ago

post-19
post-19

Presiden RI, Joko Widodo menekankan di berbagai kesempatan, bahwa negara ini sedang berada dalam status darurat narkoba. Presiden memerintahkan seluruh elemen bangsa ini untuk merapatkan barisan guna menangkal ancaman yang kian mengkhawatirkan ini. Pernyatan tersebut telah memberikan sinyal bahaya sudah di depan mata. Mau tidak mau, seluruh elemen negeri ini harus bergerak, melakukan aksi nyata, bukan hanya mengumbar kata-kata.

Sedikit mengutip dari pidato Presiden di puncak peringatan Hari Anti Narkoba Internasional (HANI) pada 26 Juni 2015 lalu, Jokowi menyebutkan bahwa penyalahgunaan narkoba terbukti telah merusak masa depan bangsa, merusak karakter manusia, merusak fisik dan merusak kesehatan masyarakat, serta dalam jangka panjang, berdampak besar bagi daya saing dan kemajuan bangsa. Karena itulah, RI 1 berpendirian, dengan daya rusak seperti itu maka tak ada pilihan lain bagi seluruh rakyat Indonesia untuk menyatakan perang terhadap narkoba.

Darurat narkoba yang didengung dengungkan memang bukan retorika semata karena ada fakta-fakta mencengangkan yang bisa mendeskripsikan betapa gilanya narkoba melanda negara kita yang tercinta ini.

Jutaan Anak Bangsa Dicemari Narkoba

Kita tidak pernah menyangka, betapa fantastisnya angka penyalah guna narkoba di bumi nusantara ini. Menurut data BNN tahun 2014, jumlah penyalah guna narkoba di negeri ini teleh menyentuh angka 4.022.702 orang. Ini artinya 2,18 % dari populasi penduduk Indonesia yang diperkirakan 184.175.500  jiwa (www.bnn.go.id) sudah terkontaminasi dengan barang haram narkoba.

Jumlah penyalah guna yang besar ini muncul karena beragam faktor. Jika menilik teori demand (permintaan) and supply (pasokan), maka jumlah empat juta merupakan demand yang tinggi. Demand yang selalu  tinggi akan membuat para bandar kian semangat untuk terus melakukan supply yang tak kalah tinggi. Ingat ! jika ada empat juta yang terus meminta-minta narkoba, maka bandar tak akan sungkan sungkan untuk memasok narkobanya begitu besar.

Anehnya, dengan harga tinggi sekalipun, para penyalah guna seolah tak peduli, karena itulah tak jarang, mereka yang sudah kecanduan akan melakukan apa saja untuk memenuhi kebutuhan barang haramnya.

Pangsa Pasar Terbuka Lebar

Angka penyalahgunaan narkoba di Indonesia yang besar telah menjadi pangsa pasar yang empuk bagi para sindikat. Karena itulah, tak heran para bandar berani memasok narkoba begitu tinggi hingga ratusan bahkan ribuan kilogram dalam beberapa tahun terakhir ini.

Kita bisa melihat di awal tahun 2015 ini saja, seorang Wong Chi Ping dengan beraninya memasok narkoba jenis sabu ke negeri ini hingga mencapai 862 kg melalui jalur laut.

Lalu dalam periode Juni hingga Agustus tahun ini, sebuah jaringan sindikat internasional yang dimotori sindikat Nigeria yang berada di Tiongkok menggelontorkan sabu kurang lebih satu ton yang dikamuflasekan dalam mesin pemijat, potong rumput, motor hingga cartridge printer. Mereka kirim ke Indonesia via jalur laut.

Bahkan di pertengahan Oktober 2015 ini, BNN berhasil membongkar upaya peredaran narkoba seberat kurang lebih 270 kg yang dikirim dari Tiongkok ke Dumai via jalur laut pula.

Fenomena ini mengibaratkan Indonesia sedang dihantam tsunami narkoba yang seolah-olah tak pernah berhenti menggerogoti potensi generasi bangsa tercinta ini.

Segala Lapisan Sudah Digempur

Saat ini, tak ada lagi lapisan yang kebal dengan narkoba. Kita bisa lihat di media, bagaimana narkoba sudah menyusupi para aparat negara, akademisi, selebriti, dan seluruh jenis profesi yang ada di negeri ini.

Kita tak akan pernah lupa pula, dengan kasus seorang profesor yang terlibat penyalahgunaan narkoba. Kita juga tak akan lupa bagaimana seorang publik figur terkenal harus masuk jeruji besi karena narkoba.

Yang lebih menyedihkan lagi, ketika narkoba sudah merasuki anak-anak di bawah umur dan bisa menghancurkan masa depannya. Baru-baru ini, kita mungkin pernah mendengar kasus asusila yang dilakukan oleh seorang pria bernama Agus, di daerah Kalideres, Jakarta. Pria yang dijadikan tersangka pembunuhan disertai pencabulan bocah ternyata terkait dengan kasus penyalahgunaan narkoba. Agus dengan biadabnya mengajarkan anak-anak kecil di sekitar bedeng tempat tinggalnya untuk mencicipi narkotika jenis ganja. 

Mari Beraksi, Agar Bandar Segera Angkat Kaki

Dengan fenomena miris yang diulas secara ringkas di atas, lalu kita sebagai rakyat apa yang bisa diperbuat? Secara konseptual, memerangi narkoba dengan satu pendekatan semata yaitu cara memberantas jaringan sindikat narkoba tidak akan berhasil jika upaya Demand Reduction atau pengurangan permintaan tidak diupayakan. Seperti apakah demand reduction yang ideal? Di sinilah rakyat dan pejabat bisa bersama-sama bekerja sama dengan erat untuk menggerus para sindikat.

Keseimbangan itu perlu dalam menempuh perang pada narkoba. Di satu sisi, pihak penegak hukum terus menghentikan laju peredaran dengan cara memenjarakan bahkan menghukum mati, dan di sisi yang berbeda, semua unsur bersatu padu menguatkan diri untuk kebal dari rayuan narkoba. Inilah keseimbangan.

Dalam kerangka demand reduction, maka langkah penting yang harus dilakukan adalah; menanamkan konsep bahwa mencegah itu lebih baik daripada mengobati. Konsep lebih baik mencegah dari pada mengobati memang benar adanya. Sebagai langkah preventif, pengembangan partisipasi masyarakat perlu dikembangkan dengan cara mencetak para relawan-relawan anti narkoba agar mereka bisa berperan dalam penanggulangan narkoba sesuai dengan potensinya masing-masing.

Masyarakat harus harus terus diberikan motivasi, penguatan sehingga bisa kesadarannya tergugah dan menularkannya hingga terciptanya sebuah kesadaran kolektif untuk bangkit menangkal ancaman narkoba yang terus beredar.

Kesadaran ini akan mendorong setiap anggota masyarakat untuk semakin kuat dalam rangka memproteksi diri dan lingkungan sekitarnya agar tak sekalipun mencoba barang haram narkoba. 

Maka pada akhirnya, jika kesadaran seluruh rakyat ini sudah mantap, maka tak akan ada lagi yang doyan memesan narkoba, tak ada lagi yang sudi menelan narkoba, tak ada lagi yang happy pakai narkoba, karena narkoba sudah begitu nistanya. Jika kondisi seperti ini benar-benar jadi kenyataan, maka tak akan butuh lama untuk membuat para bandar gulung tikar dan segera angkat kaki dari bumi pertiwi ini.

 

Komentar Anda

Belum ada Komentar

Login untuk mengirim komentar, atau Daftar untuk membuat akun, gratis dan proses nya hanya 2 menit.