Pahlawan Anti Narkoba
Para pejuang terdahulu telah mewariskan negara tercinta Indonesia yang merdeka. Mereka yang menyandang status pahlawan telah memberikan udara kebebasan bagi bumi pertiwi. Namun, seiring dengan bertumbuhnya bangsa ini, banyak masalah yang juga timbul dan bisa menimbulkan dampak perlambatan kemajuan bangsa jika terus dibiarkan.
Di antara sejuta masalah yang mendera, narkoba merupakan salah satu masalah yang harus dicarikan solusi dengan cepat dan akurat. Tak main-main lho sobat dedihumas, negara ini akan hancur jika generasi bangsanya jadi tukang konsumsi barang haram narkoba.
Kita bisa lihat sendiri kan di koran atau televisi dan media lainnya, betapa banyak sekali anak muda yang hancur karirnya gara-gara narkoba. Dan yang lebih menyedihkan lagi, banyak juga tokoh public yang juga tenggelam gara-gara narkoba. Banyak lagi profesi lainnya, intinya dari mulai pejabat hingga rakyat yang melarat, tak luput dari serbuan narkoba.
Memang, kenapa sih narkoba begitu parahnya di negeri ini? Untuk menjawab hal ini, penulis hanya ingin sedikit berbagi analisis dengan para pembaca budiman ya. Narkoba begitu gencarnya masuk karena pertama adalah adanya motivasi ekonomi yang begitu tinggi.
Pada intinya, ini bisnis besar bagi mereka para penjahat yang tak punya hati nurani. Bayangkan saja, sepanjang 2015 saja, berapa banyak narkoba khususnya sabu dan ekstasi yang disita. Ratusan kilogram sabu sudah masuk ke Indonesia baik via darat, laut maupun udara. Lalu ekstasi juga sama. Sudah ribuah pil setan yang bertebaran di mana-mana.
Para konsumennya rela menghambur-hamburkan rupiah hanya demi narkoba yang tak lebih nilainya dari sampah. Masih begitu banyaknya anak muda yang pakai narkoba, membuat para bandar tak pernah lesu untuk menggelontorkan narkoba.
Anda tentu masih ingat, di awal tahun, ada 862 kg sabu masuk dari luar negeri. Para pertengahan tahun, ada seratusan kilogram sabu juga masuk via laut. Ini membuktikan betapa banyaknya konsumen yang siap menunggu barang haram itu.
Dengan gencarnya usaha licik, maka kita sebagai masyarakat tak boleh diam saja membiarkan masalah ini terus-terusan mengganggu atau merongrong keberlangsungan sebuah generasi.
Seperti kata Pak Budi Waseso, Kepala BNN saat ini, bahwa kita harus waspada ada scenario tertentu yang ingin menghancurkan bangsa ini bukan dengan perang senjata , tapi dengan narkoba.
Karena itulah, masing-masing kita harus mempedomani semangat para pahlawan untuk menghadang serbuan narkoba. Spirit Pahlawan akan membuat kita juga bisa melakukan hal yang bermanfaat bagi orang banyak. Jika sudah demikian, maka apa salahnya jika kita berjuang semampu kita sehingga kita juga bisa menjadi pahlawan untuk orang di sekitar kita.
Secara konseptual, menangkal narkoba harus dimulai dari pencegahan. Penulis melihat sudah banyak para pegiat anti narkoba di luar sana yang pantas menyandang sebutan hero atau pahlawan.
Para pegiat tersebut telah menyebarkan virus inspirasi yang juga penting untuk kita pedomani. Hal yang pertama harus dimiliki oleh setiap insan yang ingin bekerja sukarela melawan narkoba adalah sebuah panggilan hati untuk berbuat yang terbaik untuk bangsa ini.
Ini bukan soal materi, karena bukan lahan yang tepat jika ingin mencari uang di bidang penanggulangan narkoba. Jika kita memulai dari hati, maka semua kerja kita akan maksimal dan tanpa pamrih, dan akan tepat mencapai sasaran sesuai dengan yang kita inginkan.
Hal pertama tentu jadilah kita pendekar pencegahan yang mumpuni di tengah masyarakat atau di lingkungan terdekat kita. Jika akan menempuh jalan ini, maka kita harus menyiapkan kemampuan kita dalam menguasai materi anti narkoba, dan juga menguasai kemampuan untuk berbicara di depan publik.
Di lingkungan terdekat, kita jangan ragu untuk berbagi pengetahuan yang kita miliki. Kita coba intervensi pergaulan kita dengan hal-hal yang positif dan berlandaskan spirit anti narkoba.
Selain itu kita harus kaya rencana dan meyakinkan para stakeholder untuk melakukan sebuah gerakan besar yang akan memberikan dampak yang hebat bagi masyarakat. Jika kita memang punya konsep kuat, maka cobalah presentasikan dengan para stakeholder baik itu pemerintah yang berwenang dalam penanggulangan narkoba, atau dengan Lembaga Swadaya Masyarakat yang membidangi masalah narkoba.
Sekali lagi, penulis mau memberikan contoh bagaimana seorang Agus Widanarko (mendapat penghargaan dari Wapres tahun 2014 karena kegiatannya dalam bidang penanggulangan narkoba di Sukoharjo) berkecimpung dalam bidang pencegahan dengan merangkak dari bawah. Ia benar-benar harus menguras tabungannya demi bisa menciptakan sebuah kegiatan yang akbar dengan tema anti narkoba. Ia berkolaborasi dengan pemerintah setempat, lalu menggandeng sejumlah komunitas di lingkungan tempat tinggalnya, demi menggelar kegiatan anti narkoba baik itu penyuluhan,aksi damai, atau serentetan kegiatan lainnya.
Memang ia termasuk “gila” dalam urusan ini. Namun apa yang ia lakukan memang dari hatinya, bukan desakan atau pesanan orang lain.
Nah, kita yang awam mungkin akan berpikir ah untuk apa sih kita getol mengkampanyekan hidup sehat anti narkoba. Namun jika kita selami lebih dalam, kita tak boleh segampang itu menyepelakan masalah ini. Narkoba itu mungkin ibarat kebakaran. Jadi analoginya, ketika kita melihat kebakaran di tempat lain, maka kita cenderung mengatakan, “Ah bisar saja, kan itu kebakaran itu jauh dari rumah saya”. Tapi tanpa disadari, kebakaran itu bisa merembet hingga mungkin ke rumah kita. Nah, itu yang harus jadi pemikiran kita.
Mungkin ketika kita melihat ada anak orang lain yang terkena narkoba, kita masih bisa mencibir dan mengejeknya. Tapi, jika kejadian itu menimpa diri kita, apakah kita akan bisa tenang saja. Tentu berpijak dari hal inilah, kita harus memupuk kesadaran agar jangan sampai tergelincir dengan narkoba. Kita jangan tunggu ada korban di rumah kita.
Makanya, mari kita perkuat dir kita agar jangan sampai tergoda narkoba. Banyak hal yang bisa kita perbuat, dari mulai menebalkan iman, hingga membiasakan sibuk dengan urusan yang produktif dan kreatif. Sehingga tak sedikitpun waktu kita tersita untuk mikirin narkoba. Kita juga biasakan diri untuk tak terjebak dengan dunia-dunia glamor, atau hedonism yang terlampau tinggi karena itu juga cukup rentan dengan narkoba.
Nah, jika sudah mantap dengan apa yang kita lakukan dalam dunia pencegahan, kita coba buka lebarkan sayap untuk menjadi penolong para keluarga yang tertimpa masalah adiksi.
Dengan empati yang kita miliki, ayo kita coba arahkan mereka yang sudah terjerat dalam dunia adiksi untuk kembali pulih dengan cara rehabilitsi. Jika memang kita menemukan korban di sekitar kita, maka cara penjangkauan itu harus kita lakukan. Kita berikan dia pengertian tentang bahaya narkoba jika tetap bersarang dalam badan. Berikan mereka pengertian betapa berharganya hidup sehat. Kita juga harus bisa memberikan keyakinan pada mereka bahwa pecandu itu tak akan ditangkap oleh aparat, namun justru akan dirawat melalui rehabilitasi baik rawat jalan maupun rawat inap
Pemerintah telah menggelontorkan dana yang begitu besar untuk mengoperasionalkan pusat pusat pelaporan para pecandu atau yang dikenal dengan Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL). Tak kurang dari tiga ratusan IPWL yang tersedia, baik dalam bentuk rumah sakit ataupun puskesmas. Namun, sayangnya IPWL masih sepi peminat. Ditengarai masih banyak pecandu yang enggan untuk melaporkan dirinya karena ada sejumlah alasan seperti takut ditangkap aparat, malu karena masih ada stigma aib, lalu takut akan menghabiskan biaya yang besar, dan terakhir memang dia sudah bosan sehingga tak punya keyakinan lagi untuk keluar dari sarang dan mencari pertolongan.
Nah, sepinya tempat pelaporan ini menjadi celah terbuka untuk masyarakat yang punya empati untuk bisa melakukan tugas kemanusiaan agar dapat membantu dua sisi, pada sisi pertama tentu menolong si pecandu agar bisa diobati, dan kedua pemerintah juga terbantu karena dengan adanya kegiatan pelayanan pada para pecandu maka anggaran yang sangat besar ini tak sia-sia.
Sobat dedihumas, ini adalah bentuk tantangan yang bisa kita ambil dan lakukan untuk menyelamatkan sesame yang terjerat narkoba. Mari kita buka mata dan telinga kita, karena masalah narkoba sudah menyerang semua daerah di nusantara ini.
Ambil contoh saja di Jakarta ya. Menurut data dari BNN, setidaknya di DKI ini ada sekitar 360 ribuan penyalah guna narkoba yang harus dipulihkan. So, jika itu dipukul rata di sebuah wilayah kota, maka setidaknya ada puluhan pengguna di tingkat RW yang harus dipulihkan.
Mari kenali lingkungan kita. Jangan ragu untuk sedikit cerewet dan melihat gelaga mencurigakan di sekitar kita. Jangan-jangan, tongkrongan malam anak-anak muda yang sering kita lihat itu juga rawan disusupi narkoba.
Kita juga harus curiga dengan maraknya apotek yang selalu hilir mudik dengan anak-anak remaja tanggung yang membeli obat-obatan tertentu, karena terbukti di sejumlah kota, mereka itu membeli obat-obatan medis untuk disalahgunakan untuk ngefly.
Undang-undang sudah memberikan masyarakat petunjuk untuk bagaimana berpartisipasi dalam upaya penanggulangan narkoba. Jadi, janganlah ragu untuk menjadi bagian dari mitra pemerintah dalam upaya penanggulangan masalah narkoba.
Komentar Anda
Belum ada Komentar
Login untuk mengirim komentar, atau Daftar untuk membuat akun, gratis dan proses nya hanya 2 menit.