Mengenal Dekat Srikandi Penyelamat Korban Narkoba

dedihumas bnn

9 years ago

post-19
post-19

Membantu memulihkan pengguna narkoba dinilai sebagai amal mulia dan besar pahalanya. Meski diketahui demikian, faktanya tidak banyak orang yang terjun dan berkecimpung di dalam dunia penanganan korban narkoba. Ada banyak faktor yang membuat hal ini sulit dilakukan, dari mulai dana besar yang harus dikeluarkan, hingga keterbatasan kemampuan diri untuk merealisasikannya.

Tapi, negeri ini patut bangga, karena ada sejumlah tangan yang sangat terbuka yang memiliki semangat tinggi untuk memproteksi anak bangsa dari masalah narkoba, dan hebatnya lagi mereka adalah kaum perempuan yang bisa menjalankan fungsinya sebagai pekerja keras tapi sekaligus seorang ibu rumah tangga. Dalam kesempatan ini, penulis ingin kembali menampilkan dua tokoh dengan latar belakang berbeda namun memiliki visi misi yang sama, yaitu menyelamatkan pengguna narkoba dari jeratan adiksi yang membelenggunya.

Kesamaan dari kedua tokoh di bawah ini adalah semuanya dapat mematahkan anggapan bahwa rehabilitasi harus jor-joran biaya dan sekaligus membuktikan siapa pun dapat menembus batas kemampuannya untuk dapat menolong orang lain.

Dr Aisah Dahlan, Pembuka Dimensi Lain Kehidupan Pengguna Narkoba

Dr Aisah Dahlan pada awalnya tidak terpikir untuk menjadi ahli adiksi yang dapat memulihkan para pengguna narkoba dari jeratan adiksinya. Namun, garis hidup berkata lain, karena jelang tahun 90-an, dr Aisah harus menelan pahitnya hidup setelah mengetahui sang adik terjerat narkoba. Saat kejadian tersebut, sebagai orang dengan background dokter, Aisah masih belum paham apa yang harus dilakukan untuk menyelamatkan adiknya. Untuk mengobati adiknya, Aisah mendapatkan rekomendasi agar sang adik dipulihkan di panti rehabilitasi  Keluarga Pengasih yang berada di Malaysia.

Singkat cerita, ia mulai mendapatkan pencerahan tentang bagaimana menangani para pengguna narkoba. Ia mulai belajar dan terus belajar, bahkan proses pembelajarannya ia lakukan dengan interaksi langsung dengan para pengguna. Menjadi dokter yang memulihkan pengguna narkoba, Aisah Dahlan mendapatkan dukungan penuh dari sang suami.

Seiring dengan kiprahnya dalam dunia adiksi, banyak orang menenal sosok Aisah Dahlan. Ia dipercaya untuk menangani unit narkoba di Rumah Sakit Harum. Agar upaya penanganan lebih maksimal, pada tahun 1999, sang dokter mendirikan sebuah yayasan bernama Yayasan Sahabat Rekan Sebaya, di  rumahnya di kawasan Kalibata. Bertempat di rumah berlantai dua dengan desain ala Bugis tersebut, para pengguna narkoba yang berniat pulih berkumpul untuk menjalani detok selanjutnya rehabilitasi dan disempurnakan dengan program pasca rehabilitasi.

Merintis pusat layanan rehabillitasi bukan perkara mudah, apalagi dengan sokongan dana kecil dan keterbatasan tenaga. Namun pada akhirnya hambatan ini tidak menghentikan langkahnya.

Perlahan tapi pasti, banyak pecandu narkoba pulih dan kembali menemukan jati dirinya. Mereka kembali menemukan titik cerahnya. Persoalannya, mereka harus mendapatkan pekerjaan atau bisa mendapatkan penghasilan ketika kembali berintegrasi ke tengah masyarakat.

Aisah tak kehabisan ide, ia mengajak bicara dari hati ke hati dengan para pengguna binaannya tentang minat dan bakat apa yang ingin dikembangkan. Dari hasil pembicaraan tersebut, sebagian menginginkan musik sebagai jalan hidupnya, kemudian otomotif, laundri, peternakan, perkebunan, dan sejumlah vokasional lainnya yang berguna menunjang hidup.

Agar konsep pasca rehabilitasinya lebih serius dan memberikan kebanggaan pada masing-masing individu, Sahabat Rekan Sebaya menciptakan 13 divisi, yang mana masing-masing divisinya ini merupakan wadah pengembangan potensi para mantan pengguna narkoba. Dengan divisi yang ada, pada intinya mereka dicetak untuk jadi wirausahawan yang handal dan memiliki team work yang solid. Hampir semua divisi membutuhkan kekompakan, seperti divisi seminar, musik, multimedia, dan lain-lain sebagainya. Tentu hal ini butuh kerja sama yang solid.

Waktu terus berjalan, dan para pengguna yang sudah pulih kemudian diberikan pelatihan-pelatihan dan penyaluran bakatnya melalui sejumlah divisi yang tersedia. Untuk memberikan pelatihan-pelatihan sesuai dengan minat para pengguna, Aisah bersama sang suami terus menjalin kerja sama dengan berbagai pihak agar bisa mendatangkan para pelatih yang dapat memoles bakat binaannya. Contohnya, untuk memberikan keterampilan multimedia, sang dokter mampu menghadirkan tokoh multimedia untuk melatih anak-anak binaannya.

Lambat laun upaya yang ia rintis telah membuahkan hasil. Sudah banyak orang yang bisa mandiri dan dapat menjadi tulang punggung keluarga dengan penghasilan yang besar. Sebut saja Sulaeman yang kini menjadi motivator handal yang bisa memberikan inspirasi bagi anak muda di berbagai daerah, lalu ada Edwin sang peternak kelinci yang sudah mampu melebarkan sayap bisnisnya, dan masih ada banyak lagi binaan dr Aisah yang sukses menembus dimensi lain kehidupan, yang pasti dimensi baru yang positif dan lebih baik.

Etti Lasmini, Berdayakan Pengguna Narkoba Dengan Bisnis Kerupuk

Tokoh perempuan lainnya yang juga peduli terhadap nasib pengguna narkoba adalah Ibu Eti, seorang Ibu RT yang hingga saat ini berbisnis kerupuk di kawasan Mampang Jakarta Selatan.

Nuraini Etti Lasmini, atau yang akrab dipanggil Ibu Etty, pantas diberikan apresiasi sebagai ketua RT teladan. Dalam 12 tahun pengabdiannya pada masyarakat, Etti sudah banyak menolong para pengguna narkoba kembali ke jalan yang benar. Lewat usaha kerupuk kulit yang ia bangun, sejumlah pengguna narkoba dikaryakan.

Di rumahnya kawasan Tegal Parang, Mampang, Etti tampak sedang mengaduk-aduk penggorengan besarnya. Sambil membuat kerupuk kulit, ketua RT yang pernah mendapatkan penghargaan dari Tupperware She Can ini, bertutur tentang perjuangannya mengembalikan kehidupan pecandu, bahkan pengedar narkoba dari keterpurukan menjadi kehidupan yang lebih menjanjikan.

Dari kesaksiannya, di lingkungan Etti tinggal, banyak yang ribut-ribut urusan narkoba, entah itu karena ditangkap aparat kepolisian atau gara-gara mati overdosis akibat narkoba. Di daerah ini, jenis narkoba yang paling banyak digunakan antara lain, putau dan ganja. Maraknya narkoba di wilayahnya, membuat lingkungan di RT 1 RW 4 Tegal Parang ini tidak kondusif.

Melihat hal ini, wanita lulusan IAIN ini terpacu untuk merubah keadaan. Ia berpikir keras bagaimana bisa merangkul para pecandu bahkan pengedar untuk insyaf dan mendapatkan penghasilan. Salah satu formula yang ia racik untuk menolong pecandu adalah dengan cara melibatkan mereka dalam menjalankan usaha kerupuk kulit.

Sejak 1990-an, Etti telah menjalankan usaha kerupuk kulit. Dengan tekun, ia merekrut para pecandu dan pengedar untuk terjun dalam produksi kerupuk kulit. Mereka diajari membuat, dan juga diajari untuk memasarkan.

Usaha ini tidak sia-sia, karena hingga saat ini sudah ada beberapa mantan pencandu berhasil dalam bisnis ini. Sudah banyak yang jadi bos, dan bahkan sudah bisa membuka di beberapa daerah selain di Jakarta.

Resep mujarab yang ia pegang teguh ternyata cukup sederhana, yaitu mengaktualisasikan dengan nyata tentang arti sebuah kasih sayang. Ia memperlakukan binaannya sebagai bagian dari keluarga. Tidak pernah ada sikap menjauhi atau menghindari, namun ia lebih menekankan untuk mendekati dan merangkulnya.

Untuk memulihkan adiksi, ia tidak bisa sendirian menanganinya. Ia juga mengirim sang pengguna ke tempat rehabilitasi yang sudah memiliki reputasi, seperti pesantren milik almarhum Abah Anom yang berada di Tasikmalaya, Jawa Barat.

Niat dan Ikhlas Muluskan Jalan

Dari pengalaman dua perempuan hebat di atas, banyak pelajaran penting yang bisa dipetik. Semua upaya itu tidak akan bisa berjalan dengan lancar, jika memang tidak ada integritas yang dibalut dengan kekuatan hati yang di dalamnya tersimpan The Power Of Niat, dan rasa ikhlas yang tak terbatas.

Tangan dingin kedua tokoh di atas menunjukkan pada kita bahwa membantu orang tidak akan memburuk kondisi diri sendiri. Coba kita telusur jejak langkah mereka, yang mana pada saat yang sama mereka harus melindungi buah hati dan mendidiknya dengan penuh cinta, dan di saat yang sama pula mereka harus menanggung tugas mulia untuk membawa para pengguna narkoba ke titik kehidupan yang lebih cerah. Fakta yang nyata, kedua tokoh ini tidak kehilangan pelitanya, tidak kehilangan cahayanya, justru semakin kemilau, dan terus menyebarkan inspirasi kuatnya.

The Power of Niat telah mengantarkan kedua tokoh ini menjadi tokoh perempuan yang dinilai mampu mengaktualisasikan nilai-nilai Kartini yang selama ini jadi panutan para kaum perempuan. Semoga mereka terus istiqomah dan tidak kendur semangatnya. 

Komentar Anda

Belum ada Komentar

Login untuk mengirim komentar, atau Daftar untuk membuat akun, gratis dan proses nya hanya 2 menit.